HILL
AL-RUMUZ WA MAFATIH AL-KUNUZ
11/KCR-19/Tw-1/TA/2012
Arab Prosa 246 hlm
Kertas
Daluang 30,5
x 21 cm 20,5 x 13,5 cm 9
baris/hlm
Pegarang
Ibnu Abdullah Abu Muhammad Al-Maghrabi Muhammad Al-Thai Muhyidin
Arabi (Ibnu Arabi)
Penulisan
Selesai penulisan naskah ini pada hari Kamis siang,
30 Syawal tahun 1185 H.
Kolofan
Tammat al-Kitab al-musamma hill al-rumuz shonnafa
al-syekh al-‘alim al-fadhil al-imam al-‘arif quthub al-aulia wa al-iraq
al-muhaqqiqiin bin abdillah abu muhammad al-maghrobi rahmat Allah ‘alaih
muhammad al-thaai al-ma’ruf bisyaikh rahmat Allah ‘alaih muhyiddin a’rabi qaul
al-haq wa khatama al-kitab fi yaum al-khamsi waqta al-qailulah wa fi al-syahri
al-sawwal wa fi al-hilal tsalatsun wa fi sanah wawi hijrah al-nabi sholla Allah
‘alaih wa sallam 1185 tammat.
Cap
Kertas
-
Gambaran
Isi
Bagian awal naskah ini memuat tentang doa-doa dan
ayat-ayat al-Quran dilanjutkan dengan pembahasan mengenai iman, islam, dan
ihsan. Penjelasan tentang makom asraf (termulia),
ilmu kasbi (ilmu yang di peroleh dengan belajar), ilmu wahbi / laduni (ilmu
yang di peroleh dengan syughul (tenggelam
dalam dzikir kepada Allah), tingkatan suluk yang tiga, taubat, inabah, dan
hakikat-hakikat dijelaskan pada halaman berikutnya. Di dalam naskah ini juga dijelskan
tentang alam shogir (mikro kosmos) dan alam kabir (makro kosmos) secara detail.
Selanjutnya Ibnu Arabi menulis tentang prilaku para wali yang penuh pengharapan
kepada Allah swt dengan kalimat yang indah dan menyentuh perasaan:
wa idza
badaa lail sami’tu hafifuhum wa aninuhum bitadloru’in wa sualin,
wa
‘uyunuhm tajri bi faidli dumu’ihim mitsla anhayalil wabil.
Artinya:
Saat malam telah tampak,
Kudengar rintih dan tangis mereka,
Dengan rasa rendah diri dalam doanya,
Air mata mereka mengalir deras,
Menetes di kedua pelupuk mata,
Laksana cucuran hujan.
Keterangan
Naskah ini menggunakan
bahasa dan aksara Arab dengan makna gandul (terjemahan ala pesantren, kitab
gondrong, menggunakan harkat dan makna yang menjulur ke bawah) yang tertera di
bawahnya. Warna tinta hitam dan merah untuk rubrikasi (pasal) baru dan
kalimat-kalimat yang menjadi kata kunci bagi kitab ini. Tulisan cukup rapih dan
sangat jelas terbaca. Naskah ini menjadi jawaban atas kesungguhan kalangan
keraton Cirebon dalam mempelajari ilmu tasawuf secara mendalam dan langsung
dari sumbernya. Sekaligus juga jawaban terhadap kecurigaan seseorang yang
selalu mengidentikan paham keraton dengan paham kejawen yang berkembang selama
ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar