Minggu, 03 Februari 2013

Naskah Hill al-Rumuz wa Mafatih al-Kunuz milik Keraton Kacirebonan

Bahagia rasanya saya dapat merampungkan Alihbahasa (Translasi atau penerjemahan) Naskah ini. Proses berikut yang sedang saya kerjakan adalah Alihaksara (Trasnliterasi) dan Tahqiq (Transkripsi) yang sudah mencapai 50 % lebih. Mohon dukungan dan saran kepada semua pencinta Naskah Cirebon yang memiliki kepedulian terhadap kelestarian naskah. 


Naskah Hill al-Rumuz wa Mafatih al-Kunuz - yang di dalam kolofonnya tersurat karya Muhyidin Ibnu Arabi - ini, kesimpulan sementara ini, adalah satu-satunya naskah yang ada di Cirebon, bahkan Nusantara. Karena mungkin kesimpulan ini adalah kurang obyektif, maka saya menyarankan kepada semua pembaca yang memiliki informasi tentang keberadaan naskah ini di tempat lain, bila ada, untuk saya jadikan perbandigan dalam TRIKARYA (Translitersi, Transkripsi, dan Translasi) yang sedang saya kerjakan. 

Disamping karena isinya yang cukup berbobot dan, mungkin dapat menjadi tolok ukur, sebgai cerminan atas pemahaman masyarakat Cirebon di masa lampau, khusunya tentang paham Islam, secara khusus dapat di persempit lagi sebagai paham Tasawuf, yang melahirkan berbagai karya dan pemikiran yang tercermin dalan berbagai naskah-naskah yang lain dan di berbagai media yang lain, seperti ukir kayu, simbol, dan banyak hal.
Untuk sementara saya sampaikan hal seperti ini:


Maha Suci Allah, yang telah menuntun hamba-Nya ke jalan sunyi dengan segala rintangan dan halangan, yang tidak dapat dilalui hanya dengan kesabaran dan istiqamah sebagai persiapan untuk mengenali-Nya lebih dekat dan nyata. Segala puji bagi Allah, yang telah membukakan pintu kekayaan hati, yang tak ternilai dengan harga dan untaian permata. Segala puji bagi Allah, yang telah memberikan kenikmatan dalam kesulitan, yang menjadi pertanda bagi besarnya cinta, yang Allah sisipkan pada relung rasa, yang selalu rindu pada keindahan nama dan af’al-Nya, terlebih dzat-Nya.Shalawat dan salam semoga senantiasa tersampaikan pada Yang Terkasih, Yang Tercinta, Yang Tersayang, Muhammad bin Abdullah, yang lahir dalam dekapan kasih Bunda Maryam, lahir dalam belaian tangan-tangan para malaikat yang penuh cinta, lahir dalam firman Yang Maha Cinta, kun, jadilah, yang suci terpelihara. Juga untuk para sahabat, dan keluarganya yang berjalan dalam mahabat cinta demi tegaknya kerinduan suci, rindu pada ilahi.Sahabat cintaku di belahan manapun Anda berada, ini adalah sebuah dorongan cinta yang telah berhasil menghantarkanku pada usaha yang berat dan sulit. Awalnya, banyak orang yang meminta kepadaku untuk menerjemahkan naskah Hill al-Rumuz wa Mafatih al-Kunuz, Pembuka Rumus dan Kunci Perbendaharaan, karya Ibnu Arabi, yang disalin pada tahun 1185 H. Jika sekarang tahun 1433 H, berarti naskah ini sudah berumur 248 tahun. Dan sejak pertama melihat naskah ini, saya selalu terbayang-bayang dan ingin melakukan sesuatu terhadapnya. Naskah ini punya daya tarik yang luar biasa terhadap orang-orang yang mencoba membacanya dan sedikit menemukan sesuatu didalamnya. Setiap kali saya datang ke Keraton Kacirebonan, yang ada dalam bena  saya adalah pertanyaan besar yang tak sanggup di jawab dengan kalimat, apakah saya mampu menyentuhnya untuk menerjemahkanya, agar semua orang yang cinta terhadap ilmu hakiki dapat menikmatinya dengan mudah, tanpa bergumul dengan kesulitan bahasa dan aksara.Dorongan demi dorongan yang terus datang pada saya, disamping juga rasa penasaran yang kian memuncak, semakin bertambah. Beberapa sahabat dari luar daerah Cirebon pun mencambuk dengan kalimat-kalimat yang menggugah rasa ingin saya untuk mengerjakanya. Puncaknya pada bulan Juni 2012, pada suatu malam sepi, saya menimbang diri untuk memulai mengerjakan penerjemahan naskah ini.Akhirnya, saya kembalikan kepada Allah swt agar memberi membimbing pada saya untuk memulai penerjemahan ini. Dengan meminta izin dari Yang Mulia Sultan Abdul Gani Natadiningrat selaku Sultan Kacirebonan yang Jumeneng, selaku pemilik naskah ini, seraya saya selalu memanggil nama Ibnu Arabi dalam kegiatan penerjemahan ini, berharap beliau sukarela kitabnya dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia. Dan dengan berbekal kebodohan diiringi kecintaan yang berbaur dalam seluk beluk suluk tarjuman, saya memulai memindahkan lughat ke dalam bahasa, memindahkan murad ke dalam maksud, membuka yang tertutup, menambah catatan sebagai peringatan, mengeluarkan ayat agar maklumat, dan berkat pertolongan Allah-lah segala urusan terselesaikan. Ya Allah, kurangi kebodohan ini dengan bertambahnya ilmu dan hikmah, dan tambahkanlah ilmu dan hikmah dalam hati ini agar saya bisa hidup hakiki dan abadi. Amiin.Akhirnya saya persembahkan terjemahan ini kepada Yang Mulia Sultan Abdul Gani Natadiningrat, Ibnu Arabi, para wali di tanah Jawa, dan leluhur saya Pangeran Suryakencana Kigedhe Srengseng yang beristirahat di Nur Giri Cipta Rengga, Gunung Sembung, Giri Nur yang menjadi tower dan stasiun transmisi dari Jabal Nur yang ada di Mekah, sebagai kabel virtual spiritual yang menyambungkan semangat para pecinta dan wali di Mekah dengan para pecinta dan wali di Jawa, pada umumnya, dan Cirebon, secara khusus. Giri Nur sebagai persinggahan para wali Allah di Cirebon pada masa mereka hidup dan tempat peristirahatan yang terakhir bagi mereka.Di dalam penerjemahan ini, saya berusaha untuk menyelaraskan dengan sebaik-baiknya ke dalam bahasa Indonesia. Jika ada kekurangan dalam penyelarana ini, itu karena keterbatasan yang saya miliki. Kemudian ada beberapa terjemahan yang saya sertakan teks aslinya untuk menghindari reduksi makna dan mempermudah pemahaman dalam terminology aslinya. Catatan kaki yang saya berikan merupakan bantuan bagi mereka yang kurang rajin membuka hadis dan ayat dalam sumber asli tasawuf, yang pada umumnya masih banyak yang berbahasa Arab.  


*** Informasi lebih lanjut tentang Naskah Cirebon hubungi 081 322 990 419 atau 081 911 312 907 (Mukhtar)

Tidak ada komentar: